Oke, Gue bakal lanjutin basa-basi yang tertunda tentang PILKADA (L) IKD .. Entah kenapa Gue juga ngasih judul kaya gitu.. Yaaaaaaaa.. Asal ceplas-ceplos aja sih.. hahaha
Lanjut......
Ngomongin tentang mantan Gubernur Jakarta, Ali Sadikin. Disini Gue coba cari informasi dan data yang cukup buat dapetin informasi yang akurat tentang beliau. Karena Gue orang yang suka baca koran-koran media online, akhirnya Gue nemuin artikel tentang Bang Ali Sadikin. Gue copas (copy paste) aja dah nih disini...
* Bang Ali Sadikin lahir di Sumedang, 7 Juli 1927. Bang Ali memimpin Jakarta dari 1966-1977. Nama Ali Sadikin tidak akan pernah dilupakan oleh warga Jakarta dari zaman ke zaman. Dia sukses membangun Jakarta. DI tangannya, Jakarta menjadi setara dengan kota internasional di Negara lain. Bahkan Jakarta menjadi kota yang sangat dibanggakan oleh masyarakat Indonesia kala itu. Sosoknya yang akrab disapa Bang Ali ini menempuh pendidikan dasar dan menengahnya di Sumedang. Pendidikan tingkat atasnya dijalaninya di Bandung dan dilanjutkan mengenyam Sekolah Pelayaran Tinggi di Semarang sebelum akhirnya masuk BKR-Laut yang sekarang dikenal sebagai TNI Angkatan Laut. Langkah kontroversial yang diambilnya saat memimpin adalah membuka kawasan lokalisasi prostitusi di Kramat Tunggak. Saat dia menjabat, berbagai bangunan pencakar langit juga mulai berdiri. Pemimpin yang dicintai rakyatnya ini meninggal karena sakit di Singapura pada 20 Mei 2008.
Mungkin cukup segitu aja profil Bang Ali yang Gue copas dari media online kompas.com. Kita lanjut ngomongin isu kedaerahan lagi. Berdasarkan pengetahuan Gue dari sumber bacaan yang dibaca dan hasilnya ternyata dari 12 Gubernur yang memimpin Jakarta cuma 2 orang yang asli orang Jakarta, yaitu Bang Surjadi Soedirja (1992-1997) dan Bang 'Kumis' Foke (2008-2012). Bang Ali, asli Sumedang. Bang Yos (Sutiyoso), asli Semarang. Nah, sekarang balik lagi pertanyaannya.... Masih jaman gak sih dalam Pilkada DKI Jakarta bawa isu/sentimen etnis? Katanya, Pilkada DKI Jakarta ini adalah contoh bagi daerah-daerah lain. Katanya loh ya.......... *kasian banget yah... dududududu...
Oke sekarang beralih ke isu kedua... isu/sentimen agama. Yap... isu ini mungkin yang cukup mengusik pikiran Gue yang terus bertanya-tanya. Kenapa agama harus dibawa ke ranah politik? Ini bukan lagi jaman dulu yang mengharuskan agama berada di atas negara. Apalagi isu ini diangkat cuma di Pilkada DKI Jakarta yang notabene ibu kota negara. Absurd abieeeezzzzz....
Agama atau aliran kepercayaan apapun, itu semua adalah keyakinan yang berhak dimiliki setiap warga negara. Dan ini diperkuat dalam UUD1945 Amandemen ke 4 Pasal 28E. Timbul permasalah ketika Cawagub Jakarta, Ahok menyatakan bahwa "kita tidak perlu tunduk pada ayat-ayat suci, kita perlu taat kepada ayat-ayat konstitusi". Gue Muslim. Secara pribadi, Gue sebenarnya gak marah dan gak tersinggung dengan pernyataan Bang Ahok. Setelah Gue coba cari klarifikasi, akhirnya Gue dapetin langsung klarifikasi dari Bang Ahok. Dia menyampaikan dalam acara "Teras Tina Talisa" di Indosiar. Kurang lebih penafsiran Gue tentang apa yang diklarifikasi oleh Bang Ahok begini : "ayat-ayat suci tentunya itu merupakah hal yang sifatnya pribadi dan itu urusan pribadi dengan Tuhan atau kepercayaan masing-masing itu adalah hal pribadi. Tetapi dalam konteks kehidupan bernegara, berbangsa kita memang perlu taat kepada ayat-ayat konstitusi". Mari kita pahami konteks apa yang dibicarakan bukan siapa yang berbicara.
Saat ini sebagai seorang Muslim yang hidup di jaman globalisasi, tidak perlu menutup diri dengan pandangan yang beragam, keterbukaan dan yang lainnya. Justru, menurut Gue pribadi sebagai seorang muslim kita harus bisa membaur dan mengedepankan cara-cara yang islami dalam menjalin hubungan sosial dan beradaptasi dengan jaman yang semakin gila. Islam yang Gue percaya tidak pernah menggunakan kekerasan kecuali sudah berhubungan dengan aqidah. Islam yang Gue percaya tidak pernah melakukan provokasi yang basi. Islam yang Gue percaya lebih mengedepankan dialog. Karena itu Gue tegaskan I am Moslem and I am proud to be a Moslem. Jadi, berbeda tidak masalah dan bukan berarti bermusuhan.
Jadi, Tolong jangan gunakan isu/sentimen keagamaan jika berurusan dengan politik. Karena dengan mengeluarkan isu tersebut maka semakin terlihat kebodohan-kebodohan setiap individu yang mengeluarkan bahkan mengikutinya. Sungguh sangat BASI dan BUSUK!!!
Sudahlah, Gue cukupkan ocehan basa-basi di Minggu siang ini. Kalau ada pernyataan tulisan yang salah atau tidak berkenan di hati atau pikiran para pembaca blog ini. Sampaikan lah kritik dan saran. Mari berdiskusi.
Sekian,
Terima kasih,
Salam,
RMZ/@iqiezein
Lanjut......
Ngomongin tentang mantan Gubernur Jakarta, Ali Sadikin. Disini Gue coba cari informasi dan data yang cukup buat dapetin informasi yang akurat tentang beliau. Karena Gue orang yang suka baca koran-koran media online, akhirnya Gue nemuin artikel tentang Bang Ali Sadikin. Gue copas (copy paste) aja dah nih disini...
* Bang Ali Sadikin lahir di Sumedang, 7 Juli 1927. Bang Ali memimpin Jakarta dari 1966-1977. Nama Ali Sadikin tidak akan pernah dilupakan oleh warga Jakarta dari zaman ke zaman. Dia sukses membangun Jakarta. DI tangannya, Jakarta menjadi setara dengan kota internasional di Negara lain. Bahkan Jakarta menjadi kota yang sangat dibanggakan oleh masyarakat Indonesia kala itu. Sosoknya yang akrab disapa Bang Ali ini menempuh pendidikan dasar dan menengahnya di Sumedang. Pendidikan tingkat atasnya dijalaninya di Bandung dan dilanjutkan mengenyam Sekolah Pelayaran Tinggi di Semarang sebelum akhirnya masuk BKR-Laut yang sekarang dikenal sebagai TNI Angkatan Laut. Langkah kontroversial yang diambilnya saat memimpin adalah membuka kawasan lokalisasi prostitusi di Kramat Tunggak. Saat dia menjabat, berbagai bangunan pencakar langit juga mulai berdiri. Pemimpin yang dicintai rakyatnya ini meninggal karena sakit di Singapura pada 20 Mei 2008.
Mungkin cukup segitu aja profil Bang Ali yang Gue copas dari media online kompas.com. Kita lanjut ngomongin isu kedaerahan lagi. Berdasarkan pengetahuan Gue dari sumber bacaan yang dibaca dan hasilnya ternyata dari 12 Gubernur yang memimpin Jakarta cuma 2 orang yang asli orang Jakarta, yaitu Bang Surjadi Soedirja (1992-1997) dan Bang 'Kumis' Foke (2008-2012). Bang Ali, asli Sumedang. Bang Yos (Sutiyoso), asli Semarang. Nah, sekarang balik lagi pertanyaannya.... Masih jaman gak sih dalam Pilkada DKI Jakarta bawa isu/sentimen etnis? Katanya, Pilkada DKI Jakarta ini adalah contoh bagi daerah-daerah lain. Katanya loh ya.......... *kasian banget yah... dududududu...
Oke sekarang beralih ke isu kedua... isu/sentimen agama. Yap... isu ini mungkin yang cukup mengusik pikiran Gue yang terus bertanya-tanya. Kenapa agama harus dibawa ke ranah politik? Ini bukan lagi jaman dulu yang mengharuskan agama berada di atas negara. Apalagi isu ini diangkat cuma di Pilkada DKI Jakarta yang notabene ibu kota negara. Absurd abieeeezzzzz....
Agama atau aliran kepercayaan apapun, itu semua adalah keyakinan yang berhak dimiliki setiap warga negara. Dan ini diperkuat dalam UUD1945 Amandemen ke 4 Pasal 28E. Timbul permasalah ketika Cawagub Jakarta, Ahok menyatakan bahwa "kita tidak perlu tunduk pada ayat-ayat suci, kita perlu taat kepada ayat-ayat konstitusi". Gue Muslim. Secara pribadi, Gue sebenarnya gak marah dan gak tersinggung dengan pernyataan Bang Ahok. Setelah Gue coba cari klarifikasi, akhirnya Gue dapetin langsung klarifikasi dari Bang Ahok. Dia menyampaikan dalam acara "Teras Tina Talisa" di Indosiar. Kurang lebih penafsiran Gue tentang apa yang diklarifikasi oleh Bang Ahok begini : "ayat-ayat suci tentunya itu merupakah hal yang sifatnya pribadi dan itu urusan pribadi dengan Tuhan atau kepercayaan masing-masing itu adalah hal pribadi. Tetapi dalam konteks kehidupan bernegara, berbangsa kita memang perlu taat kepada ayat-ayat konstitusi". Mari kita pahami konteks apa yang dibicarakan bukan siapa yang berbicara.
Saat ini sebagai seorang Muslim yang hidup di jaman globalisasi, tidak perlu menutup diri dengan pandangan yang beragam, keterbukaan dan yang lainnya. Justru, menurut Gue pribadi sebagai seorang muslim kita harus bisa membaur dan mengedepankan cara-cara yang islami dalam menjalin hubungan sosial dan beradaptasi dengan jaman yang semakin gila. Islam yang Gue percaya tidak pernah menggunakan kekerasan kecuali sudah berhubungan dengan aqidah. Islam yang Gue percaya tidak pernah melakukan provokasi yang basi. Islam yang Gue percaya lebih mengedepankan dialog. Karena itu Gue tegaskan I am Moslem and I am proud to be a Moslem. Jadi, berbeda tidak masalah dan bukan berarti bermusuhan.
Jadi, Tolong jangan gunakan isu/sentimen keagamaan jika berurusan dengan politik. Karena dengan mengeluarkan isu tersebut maka semakin terlihat kebodohan-kebodohan setiap individu yang mengeluarkan bahkan mengikutinya. Sungguh sangat BASI dan BUSUK!!!
Sudahlah, Gue cukupkan ocehan basa-basi di Minggu siang ini. Kalau ada pernyataan tulisan yang salah atau tidak berkenan di hati atau pikiran para pembaca blog ini. Sampaikan lah kritik dan saran. Mari berdiskusi.
Sekian,
Terima kasih,
Salam,
RMZ/@iqiezein
0 komentar:
Posting Komentar