Pages

Subscribe:

Labels

Jumat, 06 Januari 2012

Book Review: Raditya Dika: Manusia Setengah Salmon

Dear teman-teman blogger & para pembaca.

Gue memang udah niat buat beli bukunya Raditya Dika yang baru “Manusia Setengah Salmon” pas gue balik ke Bogor di Gramedia Pajajaran. Gue tertarik karena promonya di twitter udah menarik perhatian lewat avatarnya.
diambil dari radityadika.com
Sebelumnya, gue memang belum pernah baca bukunya Raditya Dika, dari buku pertama sampai yang ke lima. Tapi gue pernah nonton film Kambing Jantan (cerita yang diangkat dari buku pertama) dan itu pun dikasih tahu sama mantan, gue disuruh nonton. Katanya kisah di film itu persis kaya cerita cinta kita. *gleek *jleebb. Btw, menurut gue filmnya biasa-biasa aja. Hehe

Oke, sekarang gue bakal coba buat me-review sedikit bukunya Raditya Dika yang ke enam “Manusia Setengah Salmon”. Dibuka dengan penampakan foto-foto nya Raditya Dika dengan berbagai macam bentuk, ekspresi gue masih datar. Masuk bagian prakata, gue mulai senyum-senyum sendiri dan kemudian masuk bagian-bagian selanjutnya dan akhirnya sukses ngakak dunia akhirat. ini fakta, bukan lebay. Hehe

Lanjut.

Buku “Manusia Setengah Salmon” yang diterbitkan oleh GagasMedia, sifatnya Nonfiksi-Komedi. Menurut penuturan Raditya Dika yang gue perhatiin di acara 8-11 nya Metro TV, semua yang ditulis di buku adalah kisah nyata dan dicampur dengan citarasa komedi dalam penulisannya. Jadi, buku yang tebalnya 258 halaman ini benar-benar sukses membuat gue ngakak di malam tahun baru. Ya, karena malam tahun baru gue gak kemana-mana, jadi gue menghabiskan waktu buat menyelesaikan baca buku “Manusia Setengah Salmon” tanpa perduli suara petasan di langit yang begitu bising.

Gue rekomendasiin buat lu semua yang belum baca buku “Manusia Setengah Salmon”, HARUS baca. Apalagi kalau lu lagi butuh hiburan, baca buku ini. GARANSI NGAKAK 100%. Kalau gak, timpukin aja penulisnya. Hehehe.

Buat gue sendiri, dari 19 bagian cerita yang ada di buku ini, yang jadi favorit gue adalah Bakar Saja Keteknya. Asli, gue ketawa sampe gue pengen boker tengah malem waktu baca bagian ini. cerita kemesraan Raditya Dika dengan Sugiman, sang supir. Dan gue juga suka di bagian Manusia Setengah Salmon. Kenapa? Menurut gue, pendapat Raditya Dika tentang hidup itu memang betul adanya dan gue setuju. Esensi hidup adalah pindah. Mau tau lebih lanjut? Beli dan baca bukunya.

Oh iya, gue hampir lupa. Ada satu quote dari buku ini yang gue suka banget. Pas, di bagian Kasih Ibu Sepanjang Belanda. Gue ngerasa cocok karena hal itu terjadi dengan diri gue akhir-akhir ini. Gue coba belajar konsep mandiri karena gue berpikir, umur gue sekarang udah bukan waktunya main-main lagi. Tapi baca buku ini, gue sadar dan gue berpikir ulang tentang konsep mandirinya Raditya Dika. Semakin tua umur kita, kita tidak semakin ingin mandiri dari orangtua kita. Sebaiknya, semakin bertambah umur kita, semakin kita dekat dengan orangtua kita. Dan yang terpenting adalah Sesungguhnya, terlalu perhatiannya orangtua kita adalah gangguan terbaik yang pernah kita terima.

Ya, gue merasa, ketika baca bagian Kasih Ibu Sepanjang Belanda itu seperti gue berkaca pada diri sendiri. sejenak senyum sumringah, ngakak pun hilang jadi sebuah perenungan dalam beberapa menit tentang ikatan emosional antara orangtua dan anak. Dan gue pikir, meskipun orangtua itu bawel atau segala macam bentuk dan tingkah lakunya, orangtua adalah bapak-mamah gue yang udah ngerawat gue sampai sekarang. Jadi, mari merenung dan berpikir tentang konsep mandiri.

Mungkin itu yang bisa gue review dari buku “Manusia Setengah Salmon”. Maka ijinkanlah gue buat ambil kutipan dari geng Warkop DKI. “Tertawalah Sebelum Tertawa itu Dilarang”. Hehe

Terima Kasih.

Salam,

@iqiezein

0 komentar:

Posting Komentar