Pages

Subscribe:

Labels

Sabtu, 07 Januari 2012

Perjalanan Mimpi Bersama Endank Soekamti Part 2

Teman-teman blogger & para pembaca,

Gue mau ngelanjutin mimpi yang tertunda kemarin. mari bermimpi selagi masih muda.

Nah, di panggung ini, malam harinya rombongan musik Endank Soekamti bakal ngamen di depan ratusan, ribuan, dan mungkin lebih Kamtis Family. Acara PSIKOPAD #6 SENSATION.
Waktunya check sound... check 1 2 3..check.. gedebak gedebuk.. jreng jreng jreng.. tes tes.. oh iya, sebelum Endank Soekamti check sound, ada JHF (Jogja Hip-Hop Foundation). Tahu? gue sebelumnya bilang JHF itu JHP.. sampai akhirnya bung Erix Soekamti bilang JHF ke gue, ngingetin. dan setelah gue pikir..iya ya..JHF..Hehehe.

Ini adalah mic nya Bung Erix Soekamti. Kenapa gue ambil foto ini? Silahkan tanya ke Bung Erix kalau ketemu, Bung..Bung.. udah kesetrum berapa kali? hehehe..

Siapa lagi pemetik gitar di Endank Soekamti kalau bukan Dory Soekamti. Gue jadi inget obrolan tengah malam dengan Bung Dory. Gitar Bung Dory ini adalah buatan lokal, ya asli Indonesia. Gue lupa nama tempat ngebuatnya. Gimana dengan drumnya Bung Ari, Bassnya Bung Erix? Gue gak tahu karena gue belum tanya-tanya. hehe.. tapi.. ada 1 hal yang gue tangkap, dibalik gitar Bung Dory ini tersirat pesan. Maka, cintailah produk-produk Indonesia. hehe

Ada yang tahu? kalau Kamtis Family pasti udah hafal banget kalau Frogstone adalah bisnis clothingannya Bung Ari Soekamti. terus? ya gak ada terusannya..wong, gue iseng kok ngambil foto ini. hehe

Bersambung ke Perjalanan Mimpi Bersama Endank Soekamti Part 3. Coming Soon. Wait and See ya.

Jumat, 06 Januari 2012

Perjalanan Mimpi Bersama Endank Soekamti Part 1

Dear teman-teman blogger & para pembaca,

Yogyakarta, "21 Mei 2011".

Setiap orang punya mimpi. mimpi punya setiap orang. mimpi tidak bisa diperjual-belikan. mimpi bisa kapanpun dan dimanapun. dengan mimpi gue masih ada dan masih bisa melangkah untuk mencapai masa depan gue. kali ini foto-foto bakal bercerita "Perjalanan Mimpi Gue Bersama Endank Soekamti".

Diawali dengan foto kolase Ari, Erix, dan Dory Soekamti diatas panggung. Aksi panggung yang maksimal dan yes, i think they are one of the Punk Rock Band Legend from Yogyakarta. Oh iya, Heavy Birthday 11th Endank Soekamti. Long Live Endank Soekamti & Kamtis Family.
Sebelum press con, Erix Soekamti, sang pembetot bass Endank Soekamti asik dengan gadget iPhone 4. FYI, banyak banget hasil karya Erix Soekamti dari iPhone nya tsb. salah satunya adalah video klip "Narcobra".
Sementara, Ari Soekamti & Dory Soekamti juga asik dengan handphone kembarnya Samsung Galaxy. hehe
dan saat mulai press con, satu hal yang gak gue sangka-sangka. gue juga ketemu yang nyanyiin lagu "on the night like this". yes, they are Mocca. *GamparPipiKananKiri. Ternyata itu asli.
Entah apa yang dipikirkan oleh Bung Erix Soekamti sampai tertangkap oleh jepretan kamera gue. Si Bung ini sedang bergaya? Mungkin. Hehe
Ekspresi tertawa yang berbeda-beda ini apakah membuktikan hal-hal lain? ngakak, senyum dan tertawa kecil. Silahkan dinilai... hehe
Apa yang dipikirkan ketika melihat foto ini? kalau gue, gue sih iseng aja ngambil foto ini. hehehe.
1 profesi tapi beda citarasa dan akan beraksi satu panggung pada malam harinya.
Endank Soekamti & Mocca, kompak sekali dalam mempersiapkan kolaborasi untuk Swinging Friends dan Kamtis Family malam harinya.

bersambung ke cerita "Perjalanan Mimpi Bersama Endank Soekamti Part 2.

Relaksasi Mendengarkan Lagu Religi: Panggilan Hati atau Materi


Ketika menulis tulisan ini, gue sambil dengerin lagunya Ebith Beat A Feat Alm. Kang Darso – “Dina Amparan Sajadah”. Gue orang Bogor dan asli Sunda. Jadi, gue nikmatin banget lagunya. Memang, pas denger lagunya gue berasa lagi ada di nikahan, tapi lagu ini ‘isi’ nya adalah relaksasi seorang Hamba Alloh yang ingin bertaubat. Jadi, kali ini gue pengen nulis tentang Relaksasi Musik dan Agama. Sambil memperhatikan ‘musim’nya lagu religi di Indonesia.

Izinkan gue bertanya. Seberapa besar kah kedekatannya seseorang dengan Tuhannya? Apakah melalui ibadahnya? Atau melalui perbuatannya yang selalu mengingat-Nya?. Wallahu ‘alamu bis showam.

Mencermati lagu-lagu religi yang ada di sekeliling, banyak di antaranya isi nya berupa do’a dan ajakan untuk berbuat kebaikan. Katakanlah dalam lagu “Dina Amparan Sajadah” yang di nyanyikan oleh Ebith Beat A feat Alm. Kang Darso. Isi lagunya adalah berupa do’a dari seorang hamba Alloh yang ingin bertaubat.

Do’a tersebut bisa di cermati dari penggalan lirik lagu dari Dina Amparan Sajadah:
“Insya Alloh ayeuna mah abdi tos kenging hidayah,
Mugiya abdi tiasa janten jalmi istiqomah,
Ngalereskeun laku lampah, sejak tobatan nasuha, Alhamdulillah,
Nyanggakeun tobat abdi, mugi janten tobat nu sajati,

Kurang lebih, artinya begini: Insya Alloh, sekarang saya, sudah dapat hidayah, semoga jadi orang yang istiqomah, sejak tobat, saya berusaha jadi orang yang ‘bener’, ngebenerin tingkah laku, Alhamdulillah. Terimalah tobat saya, semoga jadi tobat sebenar-benarnya tobat.

Sungguh terasa nikmat ketika mendengarkan lagu “Dina Amparan Sajadah” yang berisi lirik penuh do’a.

Namun, hal ini kadang menjadi sebuah ironi ketika dalam seketika gue berpikir dan bertanya-tanya, adakah sebuah orientasi yang berbeda didalam memaknai dan menyanyikan lagu religi?. Dan ini menjadi sebuah kegundahan hati seorang Rizky Muhammad Zein yang penuh tanda tanya. Bertanya, kenapa selalu menunggu momen untuk melakukan sesuatu? dan anehnya itu (maaf) ‘latah’.

Memperhatikan perkembangan industri musik di Indonesia, tidak munafik jikalau industri musik Indonesia memang ‘musiman’. Buktinya, bukan sekedar bukti juga sih, tapi memang fakta kalau industri musik memang dibentuk oleh pasar musik. Contoh, tren musik melayu, hampir semua acara musik menampilkan band-band melayu. Masanya boy/girl band tidak jauh beda dengan melayu. Duh, sedikit khawatir juga sih, masa bangsa gue jadi (maaf) ‘latah’.

Lagu religi ini bakal ada musimnya. Ya, memasuki bulan suci Romadhon mulai kembali marak dan serentak hampir setiap anak band/penyanyi yang (maaf) ‘latah’ berubah identitas menjadi anak band/penyanyi religius. Entah karena panggilan hati atau materi. Gue gak tahu. Hanya Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Hati.

Khawatir, pasti. Kecewa? TIDAK. Gue masih optimis kalau industri musik Indonesia akan beragam warnanya dan tidak terjebak dalam satu warna, ke-‘latah’-an dan semoga tidak terjebak oleh konsumsi publik semata. Bangsa Indonesia bisa bersatu karena beragam suku, bahasa, dan agama dan menjadi sebuah kesatuan NKRI. Bagaimana dengan musik Indonesia? Mari berdo’a.

Terima kasih.

Salam,

@iqiezein.

Book Review: Raditya Dika: Manusia Setengah Salmon

Dear teman-teman blogger & para pembaca.

Gue memang udah niat buat beli bukunya Raditya Dika yang baru “Manusia Setengah Salmon” pas gue balik ke Bogor di Gramedia Pajajaran. Gue tertarik karena promonya di twitter udah menarik perhatian lewat avatarnya.
diambil dari radityadika.com
Sebelumnya, gue memang belum pernah baca bukunya Raditya Dika, dari buku pertama sampai yang ke lima. Tapi gue pernah nonton film Kambing Jantan (cerita yang diangkat dari buku pertama) dan itu pun dikasih tahu sama mantan, gue disuruh nonton. Katanya kisah di film itu persis kaya cerita cinta kita. *gleek *jleebb. Btw, menurut gue filmnya biasa-biasa aja. Hehe

Oke, sekarang gue bakal coba buat me-review sedikit bukunya Raditya Dika yang ke enam “Manusia Setengah Salmon”. Dibuka dengan penampakan foto-foto nya Raditya Dika dengan berbagai macam bentuk, ekspresi gue masih datar. Masuk bagian prakata, gue mulai senyum-senyum sendiri dan kemudian masuk bagian-bagian selanjutnya dan akhirnya sukses ngakak dunia akhirat. ini fakta, bukan lebay. Hehe

Lanjut.

Buku “Manusia Setengah Salmon” yang diterbitkan oleh GagasMedia, sifatnya Nonfiksi-Komedi. Menurut penuturan Raditya Dika yang gue perhatiin di acara 8-11 nya Metro TV, semua yang ditulis di buku adalah kisah nyata dan dicampur dengan citarasa komedi dalam penulisannya. Jadi, buku yang tebalnya 258 halaman ini benar-benar sukses membuat gue ngakak di malam tahun baru. Ya, karena malam tahun baru gue gak kemana-mana, jadi gue menghabiskan waktu buat menyelesaikan baca buku “Manusia Setengah Salmon” tanpa perduli suara petasan di langit yang begitu bising.

Gue rekomendasiin buat lu semua yang belum baca buku “Manusia Setengah Salmon”, HARUS baca. Apalagi kalau lu lagi butuh hiburan, baca buku ini. GARANSI NGAKAK 100%. Kalau gak, timpukin aja penulisnya. Hehehe.

Buat gue sendiri, dari 19 bagian cerita yang ada di buku ini, yang jadi favorit gue adalah Bakar Saja Keteknya. Asli, gue ketawa sampe gue pengen boker tengah malem waktu baca bagian ini. cerita kemesraan Raditya Dika dengan Sugiman, sang supir. Dan gue juga suka di bagian Manusia Setengah Salmon. Kenapa? Menurut gue, pendapat Raditya Dika tentang hidup itu memang betul adanya dan gue setuju. Esensi hidup adalah pindah. Mau tau lebih lanjut? Beli dan baca bukunya.

Oh iya, gue hampir lupa. Ada satu quote dari buku ini yang gue suka banget. Pas, di bagian Kasih Ibu Sepanjang Belanda. Gue ngerasa cocok karena hal itu terjadi dengan diri gue akhir-akhir ini. Gue coba belajar konsep mandiri karena gue berpikir, umur gue sekarang udah bukan waktunya main-main lagi. Tapi baca buku ini, gue sadar dan gue berpikir ulang tentang konsep mandirinya Raditya Dika. Semakin tua umur kita, kita tidak semakin ingin mandiri dari orangtua kita. Sebaiknya, semakin bertambah umur kita, semakin kita dekat dengan orangtua kita. Dan yang terpenting adalah Sesungguhnya, terlalu perhatiannya orangtua kita adalah gangguan terbaik yang pernah kita terima.

Ya, gue merasa, ketika baca bagian Kasih Ibu Sepanjang Belanda itu seperti gue berkaca pada diri sendiri. sejenak senyum sumringah, ngakak pun hilang jadi sebuah perenungan dalam beberapa menit tentang ikatan emosional antara orangtua dan anak. Dan gue pikir, meskipun orangtua itu bawel atau segala macam bentuk dan tingkah lakunya, orangtua adalah bapak-mamah gue yang udah ngerawat gue sampai sekarang. Jadi, mari merenung dan berpikir tentang konsep mandiri.

Mungkin itu yang bisa gue review dari buku “Manusia Setengah Salmon”. Maka ijinkanlah gue buat ambil kutipan dari geng Warkop DKI. “Tertawalah Sebelum Tertawa itu Dilarang”. Hehe

Terima Kasih.

Salam,

@iqiezein

Rabu, 04 Januari 2012

Book Review: Melanie Subono: Cerita Segelas Kopi (Lesson from Love, Life, and Loss)

“Melanie Subono adalah salah satu pribadi yang sangat dibutuhkan Indonesia, Genuine, kenal akan passion-nya, berkarya, dan yang terpenting: mau berbagi tentang itu semua untuk Indonesia lewat tulisan-tulisannya.” Pandji Pragiwaksono, Presenter, penulis Nasional.Is.Me

Satu hal yang gue pikir sebelum beli buku ini. “Kayanya buku ini yang HARUS gue beli”. Hasilnya? Mari menyimak sedikit review buku “Cerita Segelas Kopi” dari seorang Rizky Muhammad Zein.
dari google.com
Kenapa gue tertarik buat beli buku ini? Setelah gue baca-baca postingan tulisan-tulisannya Mbak Melanie Subono, ternyata asik banget, selaras, dan inspiratif banget. Nah, dari situ gue mulai makin tertarik buat terus baca tulisan-tulisannya Mbak Melanie Subono. Yang terakhir gue baca adalah tentang tulisannya tentang sepak bola Indonesia di kompasiana.com.

Okeh, teman-teman blogger, gue mulai buat sedikit me-review buku ini. Buku “Cerita Segelas Kopi” ini sungguh sangat inspiratif buat gue. Kenapa gue bilang begitu? Karena semua tulisan Mbak Melanie Subono yang ada didalem buku adalah pemikirannya tentang hal-hal kecil yang ada disekitarnya dan dia aware akan hal itu yang kemudian direfleksikan lewat tulisan-tulisannya.

Tulisan-tulisan Mbak Melanie Subono di buku yang dicetak oleh Penerbit Qanita ini ada 16 bagian yang ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah buat gue pahamin. Ini terlihat dari kata-kata yang digunakan, misalnya gue-lo, bahasa sehari-hari yang biasa gue pake.

Menurut gue, yang menarik dari buku ini adalah dari tulisannya. Gue sangat tertarik karena tulisan Mbak Melanie Subono ini asik, “ngalir”, dan inspiratif. Gue bilang “ngalir” karena harus gue akui kalau secara keseluruhan tulisan-tulisan mbak Melanie Subono adalah jujur dan apa adanya.  Jujur menyuarakan hal-hal yang hampir gak pernah gue sadari bahwa segala macam hal yang ada disekitar gue adalah PENTING. Meskipun hal itu sepele.

Tulisan-tulisan Mbak Melanie Subono menjadi PENTING karena kebanyakan dari kita dan termasuk gue hanya menjadi pengikut mayoritas sedangkan minoritas?.

Gue suka semua tulisan didalem buku “Cerita Segelas Kopi”. Dan yang jadi favorit gue adalah tulisan “Pelawak Bernama Waktu”. Gue suka tulisan ini karena gue sadar, waktu adalah hal yang paling deket sama gue. Tiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun yang gue lewatin apa yang udah gue lakuin buat orang tua gue? Buat saudara-saudara gue? Buat teman-teman gue? Buat orang yang gue sayang? Buat diri gue sendiri?. Gue jadi inget sebuah hadits kurang lebih bunyinya begini, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain.” Jadi, mari merenung.

Lalu, apa yang harus gue kritisi dari buku ini? Seharian gue baca buku ini, gue belum menemukan bagian mana yang perlu gue kritik. Gue merasa, gue suka baca buku “Cerita Segelas Kopi”, gue nikmatin setiap tulisan di buku “Cerita Segelas Kopi”, dan gue puas baca buku “Cerita Segelas Kopi”.

Mungkin, Cuma itu yang bisa gue review dari buku “Cerita Segelas Kopi” dan mungkin… setelah tulisan review ini gue bakal coba menulis lagi tentang banyak hal disekitar gue. Dan pada akhirnya, gue meminjam kata-kata dari Kang Soleh Solihun, Kesempurnaan itu hanya milik Alloh SWT, dan dan sempurna itu adalah lagunya Andra and The Backbone. Hehe.

Terima kasih.

Salam,

@iqiezein.

#Resolusi 2012

Teman-teman blogger, seperti biasa, pergantian tahun dimaknai dengan harapan baru, semangat baru, dan semua yang ber-bau kata baru deh pokoknya. Buat gue, tahun 2012 tidak ada bedanya dengan tahun 2011. Maksudnya adalah toh, tiap tahun kita bakal ketemu dengan kalender dengan waktu yang sama. Lalu yang beda? Yang beda adalah isi dari waktu tersebut. Apa yang bakal gue isi dengan tahun yang baru? Masihkah sama dengan tahun-tahun sebelumnya?

Setiap orang pastinya menginginkan sesuatu yang baru. Dan yang baru itu bisa macam-macam bentuknya, ya seperti yang gue tulis di awal kalimat.

Di akhir tahun 2011, gue berpikir dan teringat salah satu ayat didalam kitab suci agama gue, Al-Qur’an surat Al-Ashr. Kurang lebih artinya begini.. “demi masa, sesungguhnya (kita) manusia berada didalam ke-“rugi”an. Ya, “rugi”. kenapa gue memberi tanda kutip di “rugi”? seperti yang gue pertanyakan di paragraf awal. Masihkah sama dengan tahun-tahun sebelumnya? (re: isi tahun yang baru). Mari sejenak berpikir dengan jernih. Mari merenung kata “rugi”.

Perubahan dan target adalah kata-kata berikutnya yang bakal gue tulis. Menurut gue, perubahan dan target itu perlu. Segala sesuatu yang sudah atau baru gue mulai harus ada perubahan dan target. Perubahan menjadi diri yang lebih baik adalah abstraknya. Lebih baik yang seperti apa? Menjadi dewasa. Masih abstrak. Dewasa seperti apa? Dewasa dalam berpikiran, berprilaku, dan bertindak.

Ini adalah target gue di 2012:
  1. Setiap bulan beli buku dan sempetin datang ke Toko Buku. 
  2. Lulus kuliah di akhir tahun 2012.  
  3. Setiap bulan nulis buat blog sendiri.  
  4. Ibadah lebih rajin. 
  5. Punya penghasilan sendiri meskipun biasa-biasa aja.
Perubahan dan target itu hanya waktu yang bakal menjawab. Dalam waktu tersebut gue bakal menjalani proses perubahan dan mencoba mencapai target yang gue inginkan. Jadi, mari bertindak untuk perubahan dan target.!!

dan akhirnya, gue mau ngucapin Selamat Tahun Baru 2012. semoga, semoga, semoga. amin.

Terima kasih.

Salam,

@iqiezein

MUSIK DAN WANITA: ANTARA INSPIRASI DAN BIRAHI SEMATA

Apa sih yang kita pikirkan tentang musik dan wanita? Apakah keduanya punya suatu hubungan yang spesial? Apa memang ada simbiosis mutualisme diantara keduanya?. Bagaimana jika kita menjadi seorang anak band dan imagenya tidak bisa di lepaskan dari ‘wanita’? Apakah ini kesalahan atau keuntungan?. Melalui tulisan ini, bukan maksud untuk menggurui melaikan sekedar mengungkapkan pendapat semata.  

Ingat, ada 3 hal yang dapat menjatuhkan, yakni harta, tahta, dan wanita. Harta, tahta, wanita, yang penting tajir bisa di dapetin semua. Nah, buat ketiga hal yang saya sebutin tadi, harta, tahta, dan wanita memang gak bisa di nafikkan oleh siapa saja. Anak band diatas panggung terlihat professional, ketika sudah turun panggung popularitas tidak bisa di hindari. Dikenal banyak orang, di elu-elukan oleh wanita. Popularitas hanyalah cara untuk memikat cewe dan bukan cuma musisi aja,itu adalah trik para lelaki mulai dari artis sampai pejabat buat dapetin cewe.

 [Maaf] Masih ingat dengan kasus video porno nya Ariel?. Dengan ketenaran yang dimilikinya, ia bisa mendapatkan nikmat surga dunia wanita. Ini bukan masalah karya tapi ini masalah life style.  Hal itu mungkin salah satu contoh yang bisa kita lihat bagaimana orang berpandangan tentang anak band. Citra negatif sepertinya tidak lepas dari seorang anak band. Meskipun itu hanya dilakukan oleh segelintir orang yang menciderai citra anak band namun dampak yang di timbulkan sangat besar dan secara keseluruhan menyertai anak band juga.

Namun ada hal lain yang bisa kita lihat dari adanya wanita dalam kehidupan bermusik seorang musisi atau yang berprofesi sebagai anak band. Misalnya saja, jadi inspirasi untuk menciptakan lagu. Karena tidak bisa di pungkiri bahwa ada simbiosis mutualisme diantara keduanya. Bersama wanita, cinta diantara dua insan dapat terasa, bersama musik kemesraan itu lebih terasa dan nikmat untuk di senandungkan.

Jadi, main musik dan  jadi anak band ini bukan hanya urusan pandai memainkan tune-tune saja tapi juga pandai menjaga sikap. Jadi anak band dan terkenal, secara tidak langsung mempunyai tanggung jawab moral kepada orang-orang yang menyukainya. Terutama untuk para fans yang selalu ada dan mendukung terhadap karya para musisi. Jika musik sudah dimanfaatkan tujuannya untuk sesuatu yang kurang berharga. Please think it twice friends.

Tulisan ini pernah dimuat di SoundUp Magazine, edisi Juli 2011.

Terima Kasih.

Salam,

@iqiezein