Pages

Subscribe:

Labels

Sabtu, 10 Maret 2012

MUSIK DAN WANITA: ANTARA INSPIRASI DAN BIRAHI SEMATA Part II

Apa sih yang kita pikirkan tentang musik dan wanita? Apakah keduanya punya suatu hubungan yang spesial? Apa memang ada simbiosis mutualisme diantara keduanya?. Bagaimana jika kita menjadi seorang anak band dan kehidupan kita tidak bisa di lepaskan dari wanita? Sungguh sangat menyenangkan bukan?. Pastinya dan kita tidak bisa menafikan semuanya.

Ya, beberapa pertanyaan gue di atas hanyalah sekilas gambaran yang saya pertanyakan tentang musik dan wanita. Berbicara mengenai musik dan wanita tentunya tidak akan ada habisnya untuk di bahas karena kedua hal ini adalah sesuatu yang konkrit, berkembang dan semakin dan sudah ter’integrasi’ dengan kehidupan. Dengan musik kita mendapat hiburan yang dapat mengisi ruang kosong dalam jiwa kita. Perempuan, selain untuk saling memenuhi kebutuhan biologis tentunya juga untuk saling melengkapi dalam hidup berkeluarga. Dua hal ini tidak dapat dipisahkan sejauh apapun itu.

Kebanyakan impian setiap orang yang bisa bermain musik adalah menjadi seorang musisi yang handal lalu ngeband, bikin lagu, punya album dan bandnya terkenal dimana-mana. Hal itu udah jadi lumrah dan gak asing lagi sekarang. Tapi ada juga loh yang cuma ikut-ikutan tren zaman sekarang buat ngeband gara-gara modal bisa maen gitar atau suara pas-pasan dan modal tampang.

Melihat fenomena perkembangan musik sekarang ini terutama di negara Indonesia cenderung monoton dan kurang variatif. Kenapa bisa begitu? Tidak lain jawabannya adalah pasar. Sudah menjadi hal yang nyata kalau masyarakat kita ini adalah konsumen ‘sejati’, kenapa? Karena kebanyakan musik hanya di lihat dari kuantitas tidak dari kualitas.

Bisa kita lihat sekarang bagaimana fenomena musik pop merajai ketika era tahun 1990 hingga tahun 2006-an dimana banyak band-band pop muncul seperti Gigi, Java Jive, Kla Project sampai Sheila on 7, Padi, Peterpan, dan yang lainnya. Namun ketika memasuki tahun 2007an sampai sekarang banyak sekali pergeseran, perubahan secara keseluruhan dari band-band baru yang muncul. Mereka menguasai pasar namun hanya beberapa saja yang lebih mengedepankan kualitas.

Pergeseran itu bisa dilihat dari perubahan lirik, musikalitasnya mulai berbeda, karena mengikuti perubahan pasar yang lama-kelamaan menjadi seragam dan tidak ada warnanya sama sekali. Sungguh sangat membosankan bukan?. Disini gue bukan menyalahkan tapi hanya ingin mengoreksi saja alangkah baiknya jika semuanya dapat berjalan seimbang sehingga ada suguhan musik alternatif yang dapat diketahui dan kualitasnya pun oke.

Musik bisa diartikan sebagai sarana berkomunikasi antar manusia tetapi caranya saja yang berbeda dibandingkan komunikasi yang biasa dilakukan. Diiringi dengan nada-nada syahdu dan alunan perpaduan berbagai alat musik jadilah sesuatu nan ciamik yang menjadikan komunikasi menarik.

Selain musik dapat di nikmati oleh banyak orang tapi musik juga harus punya tujuan yang jelas yang disampaikan lewat pesan melalui lirik-lirik yang kuat, cerdas, tegas, dan lugas kepada masyarakat banyak. Jika hanya untuk di jadikan sesuatu yang komersil kenapa tidak beralih profesi saja menjadi pengusaha. Musik yang komersil itu dihargai melalui karya-karya yang berkualitas yang jelas bukan hanya kuantitas pasar semata. Jadi, apalah arti kuantitas tanpa kualitas? Apakah ada rasa kepuasaan tersendiri  jika di hitung melalui kuantitas saja?.

Bisa kita lihat musik yang berkuantitas ini yang mengikuti tren saja dan kebanyakan band-band baru bermunculan menjadikan warna musik pun seragam. Apa mungkin ada udang di balik batu? Apa mungkin ada rahasia di balik rahasia?. Tidak akan pernah tahu tapi bisa menerka-nerka bahwa orang main musik dan ngeband yang ‘bener-bener’ bisa dilihat dan ‘mungkin saja’ ada maksud terselubung meskipun itu tidak tersirat. Entah itu hal negatif atau positif.

Wanita dengan musik apa kaitannya? Menurut gue, ada beberapa kaitan antara musik dan wanita. Pertama, wanita dapat menjadi penggemar yang setia bahkan membuat sebuah gruppis bagi band yang di sukainya. Dan hal ini sudah sering kita lihat dan ketahui banyak fans-fans band yang ada, mayoritas disukai wanita entah dilihatnya lewat tampang atau pun karena profesinya sebagai anak band. Siapa yang tahu?

Ngomongin gruppis ini sebenarnya tidak hanya di khususin buat dari kaum hawa aja. Tapi mungkin karena kebanyakan artis gak cewe atau cowo, dan penggemar cewe mayoritas jadi lengketlah istilah gruppis tersebut buat kalangan kaum hawa. Sebenernya sih, sah-sah saja kalau cowo juga ada gruppisnya. Toh, namanya juga idola, wajarlah. Gak ada salahnya juga kan?

Oke, lanjut poin yang kedua, kehidupan glamour sepertinya bukan saja milik para pemain sepak bola luar negeri yang gajinya selangit. Begitu juga dengan profesi sebagai anak band, kehidupan glamour juga di rasakan. Biasanya kalau sudah sukses ngeband, kita ini ibaratkan seorang raja, mau ini, minta itu pasti ada aja yang mau/kesampean. Namanya juga anak band, wajar dong, harta, tahta, wanita, yang penting tajir bisa di dapetin semua.

Nah, buat ketiga hal yang gue sebutin di atas, harta, tahta, dan wanita memang gak bisa di nafikan oleh siapa saja. Terlebih lagi oleh seorang yang berkecimpung di dunia musik, apalagi yang masih baru-baru, aroma mencari identitas diri pun masih di pertanyakan. Dengan gaya ke’artisan’nya, orang yang baru jadi anak band pun terlihat [maaf] ‘sotoy’. Memang diatas panggung terlihat professional, ketika sudah turun panggung popularitas tidak bisa di hindari. 

Dikenal banyak orang, di elu-elukan oleh wanita, ya mungkin itulah potret yang bisa kita lihat sebagian dari profesi anak band. Mungkin itu hanya sekedar penilaian saya saja dari sisi negatif seorang yang berprofesi sebagai anak band.

Namun ada hal lain yang bisa dilihat dari adanya wanita dalam kehidupan bermusik seorang musisi atau yang berprofesi sebagai anak band. Misalnya saja, perempuan bisa jadi inspirasi untuk menciptakan sebuah lagu. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa ada simbiosis mutualisme diantara keduanya.

Hubungan yang saling menguntungkan ini dikarenakan hidup kita ini tidak akan sempurna tanpa cinta dan kasih sayang orang-orang terdekat. Lagi-lagi urusan cinta memang sepertinya menjadi sumber inspirasi nan mujarab untuk menuliskan bait-bait lirik yang menghasilkan lagu mendayu-dayu yang di tuangkan dalam konteks aliran yang berbeda-beda pada setiap musisi.

Bagaimana jika anda hari ini makan sop tanpa garam? Pastinya akan terasa hambar, betul? Begitu juga dengan musik dengan wanita, seperti dahaga di tengah padang pasir. Sebenarnya masih banyak sumber inspirasi dalam bermusik, tapi apa salahnya jika gue membahas hal ini. sah-sah saja bukan?. Wanita memang erat kaitannya dengan ‘cinta’ maka dari itu menarik untuk di bahas.

Cinta, cinta, dan cinta memang tiada habisnya untuk dibahas. Apakah menarik atau bosan untuk di bahas?. Ngomong-ngomong masalah cinta, saya teringat seorang penyair asal Libanon yang bernama Kahlil Gibran. Banyak sekali karya-karyanya yang sangat mengagumkan tentang cinta. Kahlil Gibran yang lahir tahun 1883 melahirkan karya yang paling popular yakni The Prophet.

Dan saya pun teringat dengan beberapa lagu yang menyerap puisi-puisi karya Kahlil Gibran. Ada yang tahu?. Pernah dengar lagu “Sayap-Sayap Patah” atau “Cinta Adalah Misteri” nya Dewa 19?. Itulah jawabannya. Lagu yang di serap dari puisi-puisi karya Kahlil Gibran ini di aransemen sedemikian rupa indahnya oleh Ahmad Dhani cs sehingga puisi-puisi itu tidak hanya dinikmati melalui sebuah tulisan tetapi musik juga.

Sehabis mengupas sedikit tentang cinta, mari kita berbicara tentang selera. Hmm, apakah ada kaitannya antara selera musik dengan kehidupan pribadi?. Mari beranalisa sedikit walau bukan sebagai seorang detektif. Menurut pendapat gue, musik bisa jadi sebagai simbol untuk mengekspresikan apa yang ada di hati dan pikiran kita. Misalnya saja ketika seseorang lagi galau pasti dengernya lagu-lagu yang melow. Atau gak buat para musisi yang nyiptain lagu cinta biar di sukain atau di puja-puja wanita yang kedengerannya mungkin [maaf] cengeng.

Balik lagi ke topik tulisan ini, terlepas dari hal apapun, wanita memang sumber inspirasi yang sempurna tapi bukan yang utama bagi setiap orang yang menuliskan kisah cinta dan kegalauannya melalui lirik-lirik lagu. Kekuatan lirik tentang cinta yang begitu dalam jika dilukiskan melalui lirik yang tajam dan tidak asal akan lebih terasa feel-nya. Bersama wanita, cinta diantara dua insan dapat terasa, bersama musik kemesraan itu lebih terasa dan nikmat untuk disenandungkan.

Seperti halnya saya tanyakan kepada teman-teman yang punya aktifitas ngeband pendapatnya mengenai musik dan wanita. Kebanyakan diantara mereka menjawab. Hubungan antara wanita dan musik itu adalah sebagai sumber motivasi dan inspirasi. Kalau membahas tentang wanita tidak akan lepas dari masalah cinta dan perasaan cinta itu yang paling bisa dapetin feel-nya buat nyiptain lagu. Secara langsung atau gak, di lingkungan tempat tinggal kita udah berhubungan dan bersosialisasi dengan cinta lawan jenis.

Adapun lain halnya ketika gue menanyakan kepada salah satu personil band Rock n Roll asal Bandung, The Experience Brother, Ibrahim Saladdin aka Bram via facebook. Ia menerangkan bahwa wanita memang menjadi inspirasi, hampir dari semua musisi-musisi besar legend pasti dari lagu-lagunya ada unsur memuja perempuan, salah satunya Jimi Hendrix, The Beatles, Bob Dylan, dan lain-lain. Lalu bagaimana dengan anak band yang memanfaatkan popularitasnya buat ngedapetin cewe?apakah itu hanya sekedar lifestyle atau ada pandangan lain?. “Sungguh kasian banget untuk orang-orang yang kayak gitu kalo memang tujuan bermusiknya cuman itu. Sebenernya kalo masalah popularitas itu cara untuk memikat cewe sih itu bukan cuma musisi aja..itu memang trik nya setiap laki-laki, mulai dari artis ampe pejabat. Hanya karena popularitas yang dia punya itu musik, makanya seakan-akan musisi itu seringnya dikaitkan dengan maen cewe”, jawab Bram.

Nah, lewat topik yang saya bahas kali ini, pasti ada kritik dan saran bagi setiap musisi yang “Merasa” pernah atau masih bertindak demikian. Sepertinya perlu ada refleksi antara cara dan tujuan menjadi seorang anak band/musisi kalau yang terpintas hanyalah kenikmatan sesaat. 

Bukan maksud menggurui atau apapun, menurut gue untuk awal mula ngeband sepertinya memang diperlukan pematangan tujuan maksud keinginan buat ngeband itu sendiri. Kalau hanya untuk mencari kenikmatan dunia semata, hendaknya di pikir ulang 7 kali. Musik itu adalah cara, begitu juga ngeband. Hendaknya menggunakan cara-cara yang rasional tanpa melewati batas moral. Gimana?

Sebagai penggemar musisi dan penikmat musik, adakah cara yang lebih nikmat dan baik untuk saling menghargai? Tentunya ada, tidak beda dengan musisinya, perlu ada pembedaan antara cara dan tujuan dalam menghargai musik dan menikmati musik itu sendiri. Buat gue, cara dan tujuan menikmati dan menghargai musik dan artisnya adalah dengan menikmati setiap pertunjukan/konser yang setiap mereka tampil dan menghargai karya-karya dengan membeli album atau merchandise si ‘artis’. Tujuannya adalah sebagai sarana penghibur di waktu kosong atau bisa juga sebagai pelengkap dalam setiap waktu yang kita lewati. Lalu bagaimana dengan anda?

Jadi, main musik dan  jadi anak band ini bukan hanya urusan pandai memainkan tune-tune saja tapi juga pandai menjaga sikap. Memang tidak bisa di pandang sebelah mata, jadi anak band dan terkenal, secara tidak langsung mempunyai tanggung jawab moral kepada orang-orang yang menyukainya. Alangkah bagus dan baiknya jika terhadap sesama dapat menyebarkan hal-hal positif maka dengan begitu pula kita secara langsung maupun tidak telah menjadi orang yang bermanfaat bagi orang-orang yang mencintai kita. Terutama untuk para fans yang selalu ada dan mendukung terhadap karya para musisi.

Jika musik sudah dimanfaatkan tujuannya untuk sesuatu yang kurang berharga. Please think it twice friends.

(tulisan ini pernah diposting sebelumnya, ini lebih lengkap)

Terima kasih

Salam,

Rizky Muhammad Zein

Selasa, 06 Maret 2012

Mama Aleta, Kau ada untuk Indonesia

Tulisan ini terinspirasi dari South to South Film Festival 2012
 
Ketika hati berkata akankah ia berdusta? Ketika semangat itu membara akankah ia tiada…

Mama Aleta, semangat mu yang tulus membuat perjuangan masyarakat adat mollo tidak akan pernah putus..pemerintah memang buta, tidak tahu apa yang mollo rasa..teruslah melawan, suarakan perjuangan sampai akhir untuk anak cucu dan untuk sebuah kenangan melawan kesewenangan..

Janganlah menangis Mama Aleta, Indonesia tidak hanya Jawa, Indonesia dari Sabang sampai Merauke, Tanah Air beta..

Jangan takut Mama, aku ada untuk membantu perlawanan yang mengatas namakan kesewenangan..tidak dengan harta maupun tahta tapi dengan cara untuk mengembalikan segala yang sudah seharusnya menyatu. pohon, tanah, air dan batu. 

kami tidak akan menjual apa yang bisa kami buat.

Glenn Fredly Memeluk Mama Aleta (photo by Ocha "Poros")


Glenn Fredly & Mama Aleta, Semangat Tanpa Batas Untuk Timur Indonesia (photo by Ocha "Poros")
(didedikasikan untuk Mama Aleta, Pejuang Mollo)
Tulisan ini, gue dedikasikan untuk Mama Aleta dan para Mama yang lainnya di Mollo. Entah, apa lagi yang harus dibuat. Ketika ia menangis, nurani serasa teriris. Dari seorang Mama Aleta, gue belajar hidup harmoni dengan alam. Bersyukur mata masih terbuka, tapi kenapa (mesti) hati tertutup? 
Terima kasih Mama Aleta.

Terima kasih.
Rizky Muhammad Zein


@iqiezein

Fadly "Padi": Perlu Banyak Agent of Change dalam Isu Perubahan Iklim

“ Bergerak Serentak, Selamatkan Bumi.
 Demi Masa Depan Kita Sendiri.
 Andaikan Aku Bisa Ku Hentikan Perputaran Dunia, Agar Aku Dan Kamu Perbaiki Semua.
 Coba Menahan Diri, Meredam Aksi Eksploitasi.
 Hijaukan Tekhnologi Selamatkan Bumi Kita”.

Endank Soekamti – Go Skate Go Green.

Kerusakan alam sudah kita rasakan dampaknya. Hal tersebut karena adanya hubungan sebab & akibat dan hubungan tersebut terjadi tidak lain oleh perbuatan manusia sendiri. Ironisnya, Pergerakan untuk menanggulangi kerusakan alam di dunia masih menjadi hal yang minoritas, terutama di negara Indonesia. Meskipun minoritas namun semangat untuk terus menjaga, melestarikan dan menyuarakan gerakan penyelematan bumi itu masih ada. Ini bisa dilihat melalui gelaran South to South Film Festival 2012 yang akan digelar pada 22-26 Februari 2012 di 3 tempat, yakni Goethe Institut, IFI, dan Kineforum, Jakarta.

South to South Film Festival 2012 ini merupakan gelaran ke 4 yang diadakan setiap 2 tahun sekali terhitung dari tahun 2006 dan melibatkan banyak pihak termasuk para Public Figure yang dianggap aktif didalam hal isu-isu lingkungan dan perubahan iklim.

Iwan Fals seorang musisi legenda Indonesia dan Mukti-mukti pernah ambil bagian pada gelaran South to South Film Festival 2006. Berlanjut di gelaran ke 2 pada tahun 2008 South to South Film Festival mengundang Tika, Cozy Street Corner, dan Seven Soul. Kemudian di gelaran ke 3 tahun 2010, South to South Film Festival mengundang Fadly & Rindra Padi juga akordeon.

Menurut penuturan Fadly Padi, “isu perubahan iklim sebenarnya sosialisasinya sudah bagus. Orang-orang mulai aware  terhadap musim yang tidak teratur di Indonesia, juga dampak lain yang mengikutinya. Mungkin yang perlu dilanjutkan lagi adalah memperbanyak agent of change yang bisa mensosialisasikan tentang perubahan iklim serta banyak kegiatan yang bisa melibatkan generasi muda untuk menjadi bagian dari solusi”.

Seorang musisi adalah public figure yang tentunya memiliki penggemar dengan jumlah tidak sedikit. Seperti yang hadir dalam gelaran SToS Film Festival dari tahun ke tahun. Melalui mereka, diharapkan pesan mengenai isu perubahan iklim dapat sampai dan mengena. Fadly Padi melanjutkan dalam hal berkarya, isu lingkungan tidak dikesampingkan. “ada satu lagu yang kami tulis tentang eksploitasi alam yang berlebihan judulnya “Terluka”. Videonya bisa dilihat di channel www.youtube.com/PadiVevo”.

“Salut untuk South to South Film Festival. Saya berharap festival ini pelan-pelan dibawa keliling keluar ibukota”. Tutup Fadly Padi mengakhiri wawancara via BlackBerry Messengger.

tulisan ini pernah dimuat di www.stosfest.org
Terima kasih,
Salam,
Rizky Muhammad Zein/@iqiezein