Pages

Subscribe:

Labels

Jumat, 25 Mei 2012

Terlambatkah Menemukan "Keseimbangan Hidup"?

Kenapa gue baru menemukan kata "Keseimbangan"? Lengkapnya menjadi kalimat "Keseimbangan Hidup". Sekian lama gue terlalu asik dengan dunia sendiri sampai gue lupa bahwa menjalani hidup tidak perlu egois. Terlalu asik dengan dunia sendiri sangat tidak dianjurkan. Gue sadar bahwa sesuatu yang berlebihan/terlalu, terkadang dampaknya tidak selalu baik.

Jum'at, 25 Mei 2012 ketika gue akan sholat jum'at, sebuah lembaran buletin jum'at yang tidak biasanya ada setiap 'jum'atan' di masjid dekat dengan tempat gue ngekost. Kalau gak salah, buletin tersebut namanya "Akal Sehat". Mata gue tertuju pada 1 artikel yang berjudul "Keseimbangan Hidup". Sebuah artikel dari andriewongso.com.

Artikel tersebut bercerita tentang seorang pemuda yang karirnya sedang naik, sudah berkeluarga namun kehidupan rumah tangganya carut marut. Tidak hanya berkeluarga begitu juga kehidupan dengan lingkungan sekitarnya, saudara-saudara, teman-teman, kerabat menjauhinya bahkan waktu untuk dirinya sendiripun tidak ada.  Diceritakan pemuda ini selalu menghabiskan waktunya untuk menyibukkan diri dengan pekerjaanya sehingga hal-hal yang begitu dekat dengannya terabaikan.

Singkat cerita, Pemuda tersebut datang menghadap bos perusahaanya untuk berdiskusi karena menghadapi masalah. Ketika sampai di tempat tinggal sang bos, si pemuda terpukau dengan keindahan taman yang sangat tertata dan rapih. Ia pun meminta izin kepada bosnya untuk melihat sekeliling keindahan taman yang ada, namun sang bos memberikan syarat kepada pemuda tersebut. Saat mengelilingi taman, harus memegang semangkuk susu dan jangan tumpah.

Tanpa berpikir panjang, si pemuda tersebut berjalan mengelilingi taman dan tanpa waktu yang lama ia pun sudah bertemu dengan bosnya dengan senyumnya yang mengembang karena semangkuk susu yang dibawanya tidak tumpah. Kemudian sang bos pun bertanya, "Hei anak muda, sudahkan kau melihat koleksi batu-batuan milikku?" pemuda tersebut menjawab "maaf pak, saya tidak sempat melihat apapun karena konsentrasi saya membawa semangkuk susu ini". Sang bos pun tertawa, dan memerintahkan kembali untuk melihat keindahan yang ada. Ketika pemuda tersebut selesai melihat keindahan yang ada tanpa ia sadari isi dari semangkuk susu hampir habis, ia pun meminta maaf kepada bos. Sang bos pun kembali tertawa kemudian berujar, "Anak muda, jika susu dalam mangkuk itu utuh, keindahan yang ada disini tidak akan terlihat olehmu, tetapi jika kamu menikmati keindahan yang ada disini maka tumpahlah susu dalam mangkuk tersebut. Begitu pula dengan kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga susu tetap utuh dan rumah pun tetap tampak indah dan terawat. Seimbang dalam menjaga kehidupan antara pekerjaan dan keluarga. Maka dari situlah kau akan menemukan sebuah keharmonisan dalam kehidupan.

Dari cerita tersebut gue pun tersadar dengan kehidupan yang gue alami. Gue langsung teringat dengan cara gue menjalani masa-masa pacaran dengan seseorang yang SANGAT gue sayang.

Mungkin gue harus membatasi isi curahan hati gue disini karena gue juga butuh ruang pribadi untuk diri gue sendiri. Oke, pada intinya kenapa gue langsung teringat dengan Dia? Karena gue terlalu sibuk dengan dunia gue sendiri, keegoisan gue dan yang lainnya menjadikan masa-masa pacaran kurang begitu baik untuk dijalani. Tapi gue tersadar harus ada sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sebelum menemukan kalimat "Keseimbangan Hidup", gue pribadi menyadari bahwa selama ini gue terlalu egois menjadi manusia. Masa-masa introspeksi diri sangat gue manfaatin untuk menyadari bahwa kekurangan gue menjadikan JURANG yang membuat gue menjadi orang yang SANGAT merugi. Menyesal, pasti. Introspeksi diri, HARUS. Mengutip judul film dokumenter dari Mocca, Life Keeps On Turning. Jadi, Perubahan menjadi lebih baik itu HARUS benar dilakukan not only words but act.

Saat ini, disetiap langkah, gue menyadari bahwa pengorbanan untuk sebuah kehidupan yang  baik itu sangatlah perlu. Menjalani kehidupan dengan seimbang akan mendatangkan kenyamanan. Gue menyadari menjadikan hidup seimbang tidaklah mudah. Dibutuhkan pengorbanan, perjuangan untuk dapat menjalani hidup yang seimbang. Keseimbangan Hidup dijalani bukan untuk jangka waktu pendek atau panjang tetapi untuk seterusnya sampai akhir hayat.

Tulisan ini teruntuk kekasihku tercinta. (B. E. N)
I Love You.

Salam,
Terima kasih

Rizky Muhammad Zein